Inilah 4 Alasan Kenapa NOKIA Bisa Bangkrut.


Nokia Corporation adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Espoo, Finlandia. Perusahaan ini terkenal sebagai salah satu produsen ponsel terbesar di dunia selama bertahun-tahun, namun sayangnya, Nokia mengalami kebangkrutan pada tahun 2013. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan ini gagal bertahan di pasar yang semakin kompetitif.

1. Kegagalan dalam mengikuti tren pasar
Salah satu alasan utama mengapa Nokia bangkrut adalah karena perusahaan gagal mengikuti tren pasar. Saat pasar smartphone semakin populer, Nokia terus memproduksi ponsel yang kurang inovatif dan lebih fokus pada fitur-fitur dasar seperti daya tahan baterai yang lama dan kemampuan panggilan yang baik, daripada memperhatikan tren pasar yang semakin mengarah ke fitur-fitur seperti kamera yang lebih baik dan layar yang lebih besar.

2. Keterlambatan dalam beradaptasi dengan sistem operasi baru
Saat Android dan iOS menjadi sistem operasi yang populer, Nokia masih mempertahankan sistem operasi Symbian-nya sendiri. Hal ini menyebabkan Nokia tidak dapat menyesuaikan diri dengan tren pasar yang berubah dan akhirnya perusahaan terus merosot.

3. Persaingan yang semakin ketat dari produsen lain
Nokia dulunya memegang pangsa pasar yang signifikan, namun produsen ponsel lain seperti Samsung dan Apple semakin memasuki pasar dan menciptakan persaingan yang lebih ketat. Nokia gagal mempertahankan posisinya dan kehilangan pangsa pasar.

4. Kurangnya inovasi dan keberanian untuk berinvestasi dalam teknologi baru
Nokia juga gagal berinvestasi dalam teknologi baru seperti layar sentuh dan perangkat lunak yang lebih canggih. Akibatnya, perusahaan kehilangan daya saingnya dan mengalami penurunan penjualan yang signifikan.

Dalam rangka untuk bertahan di pasar yang semakin kompetitif, perusahaan harus terus beradaptasi dengan tren pasar dan teknologi baru. Nokia gagal melakukannya dan akhirnya mengalami kebangkrutan. Pembelajaran dari kebangkrutan Nokia adalah bahwa perusahaan harus terus berinovasi dan berinvestasi dalam teknologi baru jika ingin tetap relevan dan bertahan di pasar yang semakin kompetitif.